Friday, September 30, 2011

Magang Kerja Siswa SMK Dinilai Berisiko



Sekolah Kejuruan
Magang Kerja Siswa SMK Dinilai Berisiko
Laporan wartawan KOMPAS Eny Prihtiyani

Rabu, 21 Juli 2010 | 19:55 WIB

BANTUL, KOMPAS.com - Proses magang kerja atau lebih dikenal dengan praktek kerja lapangan (PKL) untuk siswa sekolah menengah kejuruan (SMK), perlu diperketat pengawasannya. Kegiatan tersebut dinilai cukup berisiko, mulai risiko kecelakaan kerja sampai risiko hamil bagi siswa perempuan.

'Ada beberapa siswa laki-laki yang jarinya putus saat magang di bengkel. Ada pula siswa perempuan yang hamil setelah magang di hotel.'
-- Totok Sudarto

Hal itu disampaikan Kepala Bagian SMK Dinas Pendidikan Menengah dan Non-Formal Kabupaten Bantul, Totok Sudarto, Rabu (21/7/2010). Di Bantul ada beberapa siswa laki-laki yang jarinya putus saat magang di bengkel. Ada pula siswa perempuan yang hamil setelah magang di hotel. Yang paling hangat dibicarakan adalah hilangnya 3 siswa SMK 1 Sanden saat magang di kapal, katanya.

Menurutnya, selama ini pengawasan terhadap kegiatan magang masih sangat longgar. Akibatnya, risiko tidak bisa diatasi, padahal risiko tersebut sangat merugikan siswa.

Selama magang, guru pembimbing paling-paling hanya menanyakan hasil pencapaian secara akademik. Mereka lupa mengecek bagaimana pergaulan siswa selama di tempat magang dan persoalan sosial lainnya, katanya.

Khusus siswa perempuan, lanjutnya, risiko paling banyak adalah kehamilan. Biasanya hal itu menimpa siswa di jurusan perhotelan, tata boga, atau pemasaran.

Siswa-siswa tersebut berada dalam usia labil, yang mudah tergoda dengan rayuan laki-laki. Apalagi bagi siswa daerah pinggiran yang tidak terbiasa dengan dunia glamor, katanya.

0 comments:

Post a Comment